Pages

Senin, 23 Juni 2014

Cerpen Remaja


MAAF, KITA BUKAN MAHRAM!!!!!


“Aduh gimana nich????”, bisik seorang remaja yang sering di panggil Doni di telinga sahabat dekatnya. “Biasa aja donk!!! Jangan nerveous kayak gitu?!!”, sahut Ridho yang menjadi sahabat karib Doni.
            Mereka bangkit dari tempat duduknya dan segera menuju ke perpustakaan untuk menjalankan misinya. Di sepanjang jalan Doni selalu bertanya-tanya dalam hatinya ‘Apa aku berani melakukannya?? Dia kan tidak sama dengan cewek yang lain?? Dia itu seorang bidadari yang turun dari kayangan dengan senyum serta selendang merah di tangannya*wuah LEBAY..”GUBRAK”!!!*’. Tiba-tiba saat sedang asyik melamun Ridho menepuk pundak Doni yang akhirnya membuatnya terkejut dan tanpa sadar Doni berkata……….
”ehh ada sayangku?!”
“wuah dah nggak sabar ya???? Jsampai kepikiran gitu?????” goda Ridho.
“Apaan lagi. Aku Cuma ngafalin drama ya?!”, kata Doni untuk menyangga ucapan Ridho.
“Ya sudah, latihan terus ya?! Biar sukses nanti?! HeheheheheheheheJJJ”, kata Ridho yang terus menyindir Doni.
            Setelah sampai di perpustakaan Ridho terus mendorong-dorong tubuh Doni agar mendekat pada seorang gadis. Semua ini telah Ridho siapkan untuk membantu sahabat karibnya itu. Meski Doni masih malu pada gadis yang sering di panggil Dinda itu, tetapi Ridho tetap memaksanya.
“Berhenti!!!!!”, kata Doni yang berusaha menghentikan dorongan Ridho.
“What happen???? Aku sudah menyuruhnya menunggu di sudut itu”, kata Ridho sambil menunjuk salah satu sudut di ruang itu dimana banyak buku-buku tentang sejarah Indonesia tertumpuk dengan rapi di raknya.
“Aku sudah memutuskannya…..?!”
“Memutuskan apa??”
“ Ya memutuskan bahwa aku tidak akan menyatakan cintaku pada Dinda. Aku mau memikirkan sekolahku dulu, lagian bentar lagi kita ujian. Jadi aku mau membuktikan padanya kalau aku bisa jadi yang terbaik untuknya dengan berusaha sungguh-sungguh untuk meraih cita-citaku.” Jelas Doni sok.
“Halah, cemen loe!! Kayak gitu aja di pikirin. Kamu itu sudah 3 tahun menjomblo dan aku cuma mau bantuin kamu. Kesempatan itu nggak dating dua kali lho!!!” jawab Ridho.
“Terserah kamu mau anggap aku cemen atau apalah?! Aku nggak peduli, lagian aku mau konsen dengan sekolah”
“Ya udah, aku cuma ngingetin kamu sebagai seorang sahabat.”
“Ok!! Makasih. Aku mau pergi ke taman saja?!”. Doni pun meninggalkan Ridho sendirian.
Ridho yang di tinggal Doni pun tampak kebingungan gimana cara menjelaskan kejadian ini pada Dinda yang sudah di suruh menunggu di pojok perpustakaan itu sendirian.
            Dengan rasa bersalah Ridho menghampiri Dinda yang terlihat sedang membaca sebuah buku dengan sampul kusan dan tua itu.
“hai, Din.kamu sudah menunggu lama ya??”, sapa Ridho dengan jantung yang berdebar-debar karena rasa bersalah.
“ya lumayanlah. Ngomong-ngomong aku di suruh kesini buat apa sich??”, jawab Dinda.
“aku cuma mau ngobrol saja sama kamu. Tapi aku jadi nggak mood nich?! Kita cari tempat lain saja ya??”, kata Ridho mencari alasan.
Sambil mengangguk terlihat senyuman kecil di bibir Dinda. Kami pun pergi meninggalkan tempat itu dan menuju ke taman sekolah saja, dimana Doni berada. Sampai di sana terlihat Doni yang sedang duduk sendirian sambil melamun.
“DDOORRRR???!!!! Nglamun saja kerjaanmu”, kejailan Ridho muncul lagi.
“ biasa. Nglamunin………”, perkataan Doni tidak di teruskan karena melihat sosok bidadarinya sedang berdiri di samping Ridho.
“kamu itu ngliatin Dinda sampai segitunya dueh. Kenapa? Naksir ya?”, kata Ridho menggoda.
Karena terkejut Doni lang sung menggelengkan kepala, membersihkan tangan dan berdiri di hadapan Dinda, lalu mengulurkan tangan kanannya bermaksud untuk berkenalan dan menjadi temannya.
“Doni”, katanya.
“Dinda”, jawab Dinda dengan tidak menjabat tangan Doni tapi hanya menitukkan kedua tangannya di depan dada.
Dengan rasa sedikit malu Doni pun menarik tangannya dan menggaruk kepalanya(mungkin punya ketombe. Hehehehehehe).
‘kenapa dia tidak mau menjabat tanganku ya?’ kata Doni dalam hati, tetapi Doni tidak mempermasalahkannya karena dia sudah puas karena dia sudah mau menjadi temannya.
            Setelah hari itu, Doni dan Dinda menjadi seorang sahabat dan sejak saat itu Doni mengetahui banyak hal tentang Dinda. Doni juga mengetahui bahwa Dinda tidak mau pacaran, bahkan pegangan tangan sama cowok saja nggak mau. Doni adalah seorang cowok yang pantang menyerah dan ia tetap mau mencoba mengutarakan perasannya pada Dinda.
            Siang itu ketika pulang sekolah, Doni mencegat Dinda dan teman-temannya. Dia tetap nekat ingin mengutarakan perasaannya. Doni pun menyuruh Dinda untuk datang ke rumah makan dekat gang rumah Dinda nanti sore dan ia menyetujuinya. Saat waktu itu tiba ternyata Doni sudah ada di rumah makan itu sejak 2 jam yang lalu. Ia terus memandangi pintu dan melihat bidadarinya masuk melewati pintu itu. Setelah Dinda duduk dan memesan makanan untuk kami berdua Doni langsung mengungkapkan perasaannya.
“Dinda aku sayang kamu. Sebelum kita menjadi seorang sahabat aku sudah suka sama kamu, hanya saja aku memendam perasaan itu karena aku ingin mengetahui banyak hal tentang kamu dan rasa sayangku padamu semakin besar setiap aku mengenalmu semakin jauh. Aku tidak sanggup lagi menahan rasa ini. Aku menerimamu apa adanya, aku akan menerima apapun keputusanmu. Apa kamu mau menjadi pacarku, Din?”,
Dinda yang terkejut mendengar kata-kata itu tidak sanggup menjawabnya. Ia hanya terdiam dan suasana pun menjadi sunyi. Setelah kurang lebih 5 menit, Dinda pun mau bicara lagi.
“Sebelumnya aku minta maaf Don. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu tapi aku tidak mau pacaran. Pacaran itu racun bagiku, makanya sejak dulu aku tidak mau dengan yang namanya pacaran. Jadi aku minta maaf Don, aku tidak bisa menjadi pacarmu. Aku hanya mau pacaran kalau dia sudah menjadi suamiku. Jadi kita temenan saja ya.”, jelas Dinda.
“ya kalau itu yang terbaik buat kita berdu ya nggak papa. Aku terima kok”, kata Doni mencoba tegar.
Kami langsung memakan pesanan kami dan sejak saat itu Doni dan Dinda hanya menjadi sahabat saja. Mereka berjanji akan menjaga satu sama lain dan melupakan rasa itu.
           
~The end~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar